Curug Cimandi Racun


Informasi terbaru Curug Cimandi Racun
Lingkungan Alam Fisik
Curug Cimandi Racun atau sering disebut juga Curug Cibuni Racun terletak di Desa Jangkurang, Kecamatan Leles, dan di sebelah utara berbatasan dengan Desa Rancasalak, Desa Danu di sebelah barat, Desa Cikelet di sebelah selatan, dan Desa Ranca Salak di sebelah timur. Luas kawasan desa sebesar 988.602 ha, sedangkan luas objeknya sekitar 1 ha yang status kepemilikannya adalah tanah adat masyarakat Kampung Pasir Kunci dan Kampung Singkur.

Aktivitas yang dapat dilakukan di Curug Cibuni Racun ini antara lain menikmati pemandangan alam. Kawasan ini belum dikelola secara baik dan profesional. Salah satu penyebabnya karena objek ini masuk dalam area tanah adat maka penyediaan fasilitas atau prasarana tidak begitu berorientasi pada usaha.

Aspek KhususCurug Cimandi Racun mempunyai ketinggian 25 m dan sumber airnya berasal dari mata air Cimalagiri di Gunung Mandalawangi. Letak air terjun ini berada pada ketinggian 1045 di atas permukaan laut dengan reka bentuk alam berlembah disertai kemiringan lahan yang curam. Sepanjang jalan setapak menuju lokasi objek merupakan titik pandang yang cukup strategis untuk melihat pemandangan alam sekitar yang indah. Sekitar kawasan memiliki daya serap tanah yang cukup baik dengan jenis material tanah berbatu.

Kualitas dan kebersihan lingkungan yang cukup memadai ini terlihat dari sedikitnya sampah yang bertebaran. Keadaan bentang alam Curug Cibuni Racun ini tergolong baik karena tingginya air terjun tersebut ditambah hamparan alam yang hijau dan asri. Salah satu nilai tambah objek ini adalah faktor suhu atau temperatur. Temperatur kawasan yang sejuk, berkisar antara 23-25 derajat celsius sangat mendukung kegiatan wisata.

Daya tarik Curug Cibuni Racun bukan hanya karekteristik alamnya tapi juga dari legenda atau dongengnya. Dongeng yang melatarbelakangi nama dari air terjun tersebut bersumber dari cerita pada zaman kerajaan. Dongeng itu menceritakan bahwa pada zaman dahulu kala terdapat suatu sayembara memperebutkan seorang putri yang cantik jelita. Para jawara atau jagoan silat harus bertarung mempertaruhkan nyawa untuk dapat menjadi pemenang dan mendapatkan sang putri sebagai hadiah kemenangannya. Ketika sayembara tersebut berlangsung, ternyata hasilnya imbang sehingga tidak ada yang berhak mendapatkan putri tersebut. Kemudian karena di antara kedua jawara tersebut tidak ada seorangpun yang berhak mendapatkan sang putri, maka putri tersebut disembunyikan dan diracun di tempat yang sekarang dikenal dengan Curug Cibuni Racun.

Di sekitar curug ini hanya tersedia 1 buah shelter dengan kondisi yang cukup baik, dan sampai saat ini belum tersedia fasilitas akomodasi. Alternatif fasilitas akomodasi terdekat yang dapat digunakan pengunjung adalah Wisma LEC yang terletak di Kecamatan Tarogong. Kemudian untuk fasilitas rumah makan, maka Rumah Makan Adika yang berada di depan Pasar Leles atau Jalan Raya Leles dapat dijadikan alternatif bagi wisatawan yang ingin mengisi perutnya.

Aksesibilitas
Untuk mencapai ke objek ini dapat menggunakan angkutan perkotaan trayek Kadungora ? Penclut dengan tarif antara Rp. 1.000 ? Rp. 1.500 atau dapat menggunakan ojeg dari Kadungora dengan tarif Rp. 4.000 atau juga dapat menggunakan transportasi mikrobus dengan trayek Bandung-Pamengpeuk, yang melewati jalan akses menuju ke objek ini. Jarak terminal angkot Kadungora dari stasiun Kadungora berjarak 5 km dari objek Curug Cibuni Racun. Dalam usaha pencapaian ke objek pengunjung akan melalui jalan raya kecamatan sejauh 3 km dengan kualitas jalan baik, lebar jalan memadai dan tidak berlubang, dan kemudian melewati jalan akses sejauh 500 m yang berbentuk foot trail, dan akhirnya menelusuri jalan setapak sejauh 300 m yang berbentuk foot trail dengan lapisan permukaan tanah berpasir. Jarak antara objek dan pusat pemerintahan kecamatan sekitar 7 km, sedangkan dengan pusat pemerintahan kabupaten berjarak 23 km, dari dengan Kabupaten Bandung berjarak 47 km serta berjarak 227 km dari ibukota provinsi, Jakarta.

Sumber : http://pariwisata.garutkab.go.id
Foto : http://wisata.voucher-hotel.com
Tinggalkan komentar anda tentang Curug Cimandi Racun

Bawang merah menurunkan demam anak

Siapa sangka bawang merah yang dipakai dan notabene sebagai bahan pokok masakan ini bisa digunakan sebagai OBAT HERBAL. Mungkin bagi Anda yang belum tau masih agak tidak percaya. Inilah Indonesia yang beragam tanaman alami. OBAT TRADISIONAL ini konon bisa menurunkan demam pada anak kita. Sebagai orangtua kita pasti tidak nyaman kalau anak kita sedang demam, rewel dan menangis hanya itu yang bisa ia lakukan jikalau demam telah datang. Sebagai ibu yang sigap tidak haris kita lari dan susah-susah ke apotek. Tinggal Anda lari ke dapur dan pasti ada obatnya.

Bawang merah sudah terkenal tidaj hanya sebagai bumbu masakan semata, namun mujarab untuk berbagai penyakit. Tidak hanya demam pada anak, namun luka pada anak pun bida dia sembuhkan, bahkan yang sudah bobrok sekalipun. Semoga tips say diatas bisa bermanfaat, dan bagi para orangtua yang anaknya diserang demam tidak usah panik lagi. Sudah ada bumbu serbaguna untuk menyembuhkannya.

Situ Bagendit Legenda dari Jawa Barat


Informasi terbaru Situ Bagendit Legenda dari Jawa Barat
Garut adalah salah satu daerah di jawa Barat. Merupakan daerah yang subur dan memiliki banyak tempat wisata. Salah satunya adalah Situ bagendit. Dan cerita ini adalah mengenai asal-usul terbentuknya situ Bagendit.

Pada jaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya kebanyakan adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air, maka sawah-sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah ruah. Namun meski begitu, para penduduk di desa itu tetap miskin kekurangan.

Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan menuai padi yang sudah menguning dan menjualnya kepada seorang tengkulak bernama Nyai Endit.

Nyai Endit adalah orang terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas karena harus cukup menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa itu. Ya! Seluruh petani. Dan bukan dengan sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada Nyai Endit.Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah kalau tidak ingin cari perkara dengan centeng-centeng suruhan nyai Endit. Lalu jika pasokan padi mereka habis, mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang melambung tinggi.

“Wah kapan ya nasib kita berubah?” ujar seorang petani kepada temannya. “Tidak tahan saya hidup seperti ini. Kenapa yah, Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?”

“Sssst, jangan kenceng-kenceng atuh, nanti ada yang denger!” sahut temannya. “Kita mah harus sabar! Nanti juga akan datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya pada orang lain. Kan Tuhan mah tidak pernah tidur!”

Sementara iru Nyai Endit sedang memeriksa lumbung padinya.
“Barja!” kata nyai Endit. “Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?” kata nyai Endit.
“Beres Nyi!” jawab centeng bernama Barja. “Boleh diperiksa lumbungnya Nyi! Lumbungnya sudah penuh diisi padi, bahkan beberapa masih kita simpan di luar karena sudah tak muat lagi.”
“Ha ha ha ha…! Sebentar lagi mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padiku. Aku akan semakin kaya!!! Bagus! Awasi terus para petani itu, jangan sampai mereka menjual hasil panennya ke tempat lain. Beri pelajaran bagi siapa saja yang membangkang!” kata Nyai Endit.

Benar saja, beberapa minggu kemudian para penduduk desa mulai kehabisan bahan makanan bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit selalu berpesta pora dengan makanan-makanan mewah di rumahnya.

“Aduh pak, persediaan beras kita sudah menipis. Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke Nyai Endit. Kata tetangga sebelah harganya sekarang lima kali lipat disbanding saat kita jual dulu. Bagaimana nih pak? Padahal kita juga perlu membeli keperluan yang lain. Ya Tuhan, berilah kami keringanan atas beban yang kami pikul.”

Begitulah gerutuan para penduduk desa atas kesewenang-wenangan Nyai Endit.

Suatu siang yang panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan terbungkuk-bungkuk. Dia melewati pemukiman penduduk dengan tatapan penuh iba.

“Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka menderita hanya karena kelakuan seorang saja. Sepertinya hal ini harus segera diakhiri,” pikir si nenek.

Dia berjalan mendekati seorang penduduk yang sedang menumbuk padi.

“Nyi! Saya numpang tanya,” kata si nenek.
“Ya nek ada apa ya?” jawab Nyi Asih yang sedang menumbuk padi tersebut
“Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?” tanya si nenek
“Oh, maksud nenek rumah Nyi Endit?” kata Nyi Asih. “Sudah dekat nek. Nenek tinggal lurus saja sampai ketemu pertigaan. Lalu nenek belok kiri. Nanti nenek akan lihat rumah yang sangat besar. Itulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyi Endit?”
“Saya mau minta sedekah,” kata si nenek.
“Ah percuma saja nenek minta sama dia, ga bakalan dikasih. Kalau nenek lapar, nenek bisa makan di rumah saya, tapi seadanya,” kata Nyi Asih.
“Tidak perlu,” jawab si nenek. “Aku Cuma mau tahu reaksinya kalau ada pengemis yang minta sedekah. O ya, tolong kamu beritahu penduduk yang lain untuk siap-siap mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.”
“Nenek bercanda ya?” kata Nyi Asih kaget. “Mana mungkin ada banjir di musim kemarau.”
“Aku tidak bercanda,” kata si nenek.”Aku adalah orang yang akan memberi pelajaran pada Nyi Endit. Maka dari itu segera mengungsilah, bawalah barang berharga milik kalian,” kata si nenek.
Setelah itu si nenek pergi meniggalkan Nyi Asih yang masih bengong.

Sementara itu Nyai Endit sedang menikmati hidangan yang berlimpah, demikian pula para centengnya. Si pengemis tiba di depan rumah Nyai Endit dan langsung dihadang oleh para centeng.

“Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini kotor terinjak kakimu!” bentak centeng.
“Saya mau minta sedekah. Mungkin ada sisa makanan yang bisa saya makan. Sudah tiga hari saya tidak makan,” kata si nenek.
“Apa peduliku,” bentak centeng. “Emangnya aku bapakmu? Kalau mau makan ya beli jangan minta! Sana, cepat pergi sebelum saya seret!”
Tapi si nenek tidak bergeming di tempatnya. “Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai Endiiiit…!” teriak si nenek.
Centeng- centeng itu berusaha menyeret si nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak berhasil.
“Siapa sih yang berteriak-teriak di luar,” ujar Nyai Endit. “Ganggu orang makan saja!”
“Hei…! Siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?” bentak Nyai Endit.
“Saya Cuma mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak makan,” kata nenek.
“Lah..ga makan kok minta sama aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini! Nanti banyak lalat nyium baumu,” kata Nyai Endit.
Si nenek bukannya pergi tapi malah menancapkan tongkatnya ke tanah lalu memandang Nyai Endit dengan penuh kemarahan.
“Hei Endit..! Selama ini Tuhan memberimu rijki berlimpah tapi kau tidak bersyukur. Kau kikir! Sementara penduduk desa kelaparan kau malah menghambur-hamburkan makanan” teriak si nenek berapi-api. “Aku datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk yang sengsara karena ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.”
“Ha ha ha … Kau mau menghukumku? Tidak salah nih? Kamu tidak lihat centeng-centengku banyak! Sekali pukul saja, kau pasti mati,” kata Nyai Endit.
“Tidak perlu repot-repot mengusirku,” kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jika kau bisa mencabut tongkatku dari tanah.”
“Dasar nenek gila. Apa susahnya nyabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku bisa!” kata Nyai Endit sombong.

Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Ternyata tongkat itu tidak bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih tidak bergeming juga.
“Sialan!” kata Nyai Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau sampai tidak tercabut. Gaji kalian aku potong!”
Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek, namun meski sudah ditarik oleh tiga orang, tongkat itu tetap tak bergeming.
“Ha ha ha… kalian tidak berhasil?” kata si nenek. “Ternyata tenaga kalian tidak seberapa. Lihat aku akan mencabut tongkat ini.”
Brut! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah. Byuuuuurrr!!!! Tiba-tiba dari bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras.
“Endit! Inilah hukuman buatmu! Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan tenggelam oleh air ini!”
Setelah berkata demikian si nenek tiba-tiba menghilang entah kemana. Tinggal Nyai Endit yang panik melihat air yang meluap dengan deras. Dia berusaha berlari menyelamatkan hartanya, namun air bah lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya.

Di desa itu kini terbentuk sebuah danau kecil yang indah. Orang menamakannya ‘Situ Bagendit’. Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari kata Endit. Beberapa orang percaya bahwa kadang-kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau. Katanya itu adalah penjelmaan Nyai Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.

Sumber : http://www.freewebs.com
Foto : http://2.bp.blogspot.com
Tinggalkan komentar anda tentang Situ Bagendit Legenda dari Jawa Barat

Kesenian Gesrek


Informasi terbaru Kesenian Gesrek
Seni Gesrek disebut juga Seni Bubuang Pati (mempertaruhkan nyawa). Bila dikaji dengan teliti, seni Gesrek dapat dikatakan juga bersifat religius. Dengan ilmu-ilmu, mantra-mantra yang berasal dari ayat Al Qur?an pelaku seni ini bisa tahan pukulan, tidak mempan senjata tajam atau tidak mempan dibakar. Demi keutuhan/mengasah ilmu yang dimiliki pemain Gesrek perlu mengadakan pemulihan keutuhan ilmu dengan jalan ngabungbang (kegiatan ketuhanan yang dilaksanakan tiap malam tanggal 14 Maulud) yaitu mengadakan mandi suci tujuh muara yang menghadap sebelah timur sambil mandi dibacakan mantra-mantra sampai selesai atas bantuan teman atau guru apabila masih ada. Jadi dengan adanya Seni Gesrek kegiatan ritual bisa dilaksanakan secara rutin sebagai rasa persatuan dan kesatuan sesama penggemar seni yang dirasa masih langka. Setelah terciptanya Seni Gesrek timbul gagasan untuk mengkolaborasikannya dengan seni yang berkembang juga di wilayah ini yaitu seni Abah Jubleg. Seni ini dikatakan khowarikul adat (di luar kebiasaan) karena Abah Jubleg dapat mengangkat benda yang beratnya lebih dari 1 (satu) kwintal dengan menggunakan kekuatan gigi, dapat mengubah kesadaran manusia menjadi tingkah laku binatang (Babagongan/Seseroan) dan memakan benda yang tidak biasa dimakan oleh manusia.

Sumber : http://othenkinfo.blogspot.coml
Foto : http://ypptbangunan199.blogspot.com
Tinggalkan komentar anda tentang Kesenian Gesrek

Menumbuhkan Perekonomian Melalui Pembangunan Pariwisata.


Informasi terbaru Menumbuhkan Perekonomian Melalui Pembangunan Pariwisata. Oleh: Kartawan

Abstrak
Parawisata is multifaced industry that directly affects several sectors in economy (hospitality, food suppliers, transports, local art and craft, building industry, etc.) and indirectly affects many others. With these effect of tourism development wil stimulate the develop¬ment of other sectors. Therefore the growth of tourism sector must be spurred to enhance economic growth.

Pendahuluan
Pertumbuhan pariwisata sebagai fenomena sosial dan sebagai usaha ekonomi telah berkembang secara dramatis selama setengah abad terakhir di abad dua puluhan. Mema¬suki milenium ke tiga ini ditandai dengan berkembangnya isu 4T (Transportasi, Telekomunikasi, Pari¬wisata dan Teknologi). Dalam hal ini pariwisata akan berkembang men¬jadi salah satu industri yang tumbuh dengan dominan di berbagai belahan dunia (Sugiama, Gima A, 2001).

Keinginan pengembangan pariwi¬sata di Indonesia terutama didasar¬kan kepada beberapa faktor antara lain: Pertama, Indonesia mempunyai potensi kepariwisataan yang begitu banyak, sehingga mempunyai pe¬luang yang besar untuk mendatang¬kan wisatawan, Kedua prospek pari¬wisata yang tetap memperlihatkan kecenderungan meningkat secara konsisten. Ketiga makin berkurangnya peran minyak dalam menghasil¬kan devisa. Di samping itu kita ketahui bersama bahwa dalam pembangunan ekonomi di masa lalu menekankan pada pengembangan industri-in¬dustri yang mengandalkan sumberdaya impor, sehingga melahirkan industri-industri yang memiliki kan¬dungan impor yang relatif tinggi (seki¬tar 60 â€" 80 %). Dengan demikian, maka manfaat ekonomi yang dihasil¬kan industri tersebut juga lebih besar jatuh ke masyarakat luar negeri.

Industri pariwisata Indonesia ber¬kembang cukup pesat selama bebe¬rapa tahun terakhir. Jumlah kun¬jungan wisata mancanegara ke Indo¬nesia meningkat dari 2.177.566 orang pada tahun 1990 menjadi 5.153.620 orang pada tahun 2001. Sejalan dengan itu pada periode yang sama jumlah penerimaan devi¬sa dari pariwisata juga meningkat cu¬kup pesat yaitu mencapai 150 per¬sen (LIN, 2003). Dinas pariwisata (1999) mempunyai target bahwa pada tahun 2009 pariwisata sebagai penghasil devisa utama melalui kun¬jungan wisatawan mancanegara de¬ngan penerimaan devisa sekitar US$ 30 milliar.

Potensi sumber daya pariwisata Indonesia begitu melimpah, namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimum. Hal ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengha¬silkan devisa. Sebagai gambaran, pa¬da tahun 2000 Thailand mampu meraih devisa 10 milyar dollar AS, sementara Indonesia hanya setengahnya, padahal Indonesia memiliki objek dan potensi wisata jauh lebih kaya, lebih menarik dan unik diban¬ding dengan Thailand (LIN, 2002) .

Dalam pembangunan pariwisata dikenal tema parawisata massal: matahari, laut, pasir, yang di bebe¬rapa tempat dibumbui dengan seks (4Ss) sedangkan di Indonesia seba¬gai tambahnya senyum. Saat ini te¬ma tersebut bergeser menjadi alam, nostalgia, dan nirvana. Di Indonesia masih terdapat kalangan yang mempunyai anggapan bahwa pariwisata senantiasa identik dengan hal-hal negatif. Begitu juga di dunia aka¬demis, walaupun sudah banyak tu¬lisan dan penelitian yang dilakukan mengenai pariwisata ini, akan tetapi masih terdapat silang pendapat an¬tara yang pro dan yang kontra dalam menilai pariwisata sebagai suatu ilmu.

Pembahasan Konsep Industri Pariwisata
Berkaitan dengan istilah pariwi¬sata ini terdapat berbagai pandangan yang berbeda dalam pendefinisian¬nya, tergantung kepada dari sisi ma¬na mereka memandang dan bagai¬mana cara pendekatannya. Menurut Goeldner Cs.(2000) parawisata ada¬lah kombinasi aktivitas, pelayanan dan industri yang menghantarkan pe¬ngalaman perjalanan: transportasi, akomodasi, usaha makanan dan minimuan, toko, hiburan, fasilitas aktivitas dan pelayanan lainnya yang tersedia bagi per orangan atau grup yagn sedang melakukan perjalanan jauh dari rumah.

Di Indonesia istilah pariwisata dimulai pada awal tahun enampuluhan. Istilah ini semakin menjadi pembicaraan, terutama setelah Presiden Su¬harto menyampaikan kata sambutan dalam pertemuan ramah tamah de¬ngan para peserta seminar dan rapat kerja kepariwisataan tanggal 27 No¬pember 1982 di istana negara. (Pen¬dit, 1994). Untuk menyamakan pema¬haman mengenai istilah-istilah dan pengertian pariwisata, di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Re¬publik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan, yang menyatakan bahwa Pariwisata ada¬lah segala sesuatu yang berhubung¬an dengan wisata, termasuk pengu¬sahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta ber¬sifat sementara untuk menikmati ob¬jek dan daya tarik wisata.

Selanjutnya istilah industri yang dikaitkan dengan pariwisata memiliki makna yang jauh berbeda dengan istilah industri seecara umum. Dalam pengertian klasik industri diartikan sebagai sekelompok atau kumpulan pabrik yang menghasilkan produk yang sejenis (Kartawan,2003) dan orang akan membayangkan proses produksi dengan menggunakan me¬sin-mesin yang menghasilkan ba¬rang-barang. Sedangkan dalam in¬dustri pariwisata yang dihasilkan bu¬kan barang sejenis, tetapi barang dan pelayanan yang beraneka ragam dengan lebih banyak menggunakan tenaga manusia.

Weaper dan Opperman (2000), menyatakan industri parawisata da¬pat difenisikan sebagai gabungan aktivitas komersial dan industri yang menghasilkan barang dan jasa se¬cara keseluruhan atau sebagian di¬konsumsi oleh turis. Industri pariwisa¬ta terdiri dari perusahaan-perusahan antara lain: agen perjalanan wisata, maskapai penerbangan, kereta api, taksi, hotel, penginapan, restoran, rumah makan, kedai makanan/mi¬numan, perusahaan cindera mata, bank, penukaran uang, angkutan di lokasi wisata, sewaan sepeda, pusat pembelanjaan, pengusaha objek wisata.

Perusahaan-perusahaan tersebut menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu sama lainnya. Perbeda¬an tersebut tidak hanya dalam produk yang dihasilkan, tetapi dalam skala perusahaan, lokasi tempat kedu¬dukan, letak geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola,dan metode atau cara pemasarannya ( Youti, 1996). Masing-masing perusahaan menghasilkan produk yang berbeda dan saling melengkapi yang dinikmati wisatawan dalam suatu paket.

Dari begitu beragamnya produk wisata yang dihasilkan usaha pariwi¬sata, pada dasarnya dapat dikelom¬pokkan ke dalam tujuh komponen utama (7 As) yaitu: daya tarik, fasili¬tas penginapan/pemondokkan, fasilitas makanan dan minuman, fasilitas pendukung dan hiburan, fasilitas pengangkutan/transportasi dan pra¬sarana lain (Kartawan, 2000).

Sebagai produk jasa, maka produk pariwisata memiliki karak¬teristik jasa secara umum yaitu tidak tangibel, tidak terpisahkan, beragam, and perishability (Kotler, Philip,John Bown, James Maken, 1999; Payne, 2000). Dikatakan tidak tangibel kare¬na tidak dapat dilihat, dan dirasakan sebelum produk itu dibeli. Tidak terpisahkan artinya dihasilkan dan digunakan pada saat yang bersama¬an dengan perkataan lain tidak dapat dipisahkannya antara produsen dan konsumen. Beragam artinya produknya beraneka ragam, sebab sangat tergantung kepada siapa yang meng¬hasilkannya. Perishability, artinya tidak dapat disimpan untuk dinikmati pada waktu yang akan datang.

Sedangkan secara khusus pro¬duk pariwisata memiliki karakteristik tidak dapat dipindahkan, peranan perantara tidak diperlukan, tidak da¬pat ditimbun, tidak memiliki standar, permintaan sangat dipengaruhi oleh musim, calon konsumen tidak dapat mencoba sebelum membeli, sangat tergantung kepada tenaga manusia (Youti, 1996).

Peluang Pembangunan Pariwisata
Era global ini ditandai dengan adanya perdagangan bebas yang memungkinkan pergerakan barang dari satu negara ke negara yang lain tanpa adanya pembatas. Batas ad¬ministrasi negara tidak lagi menjadi penghalang untuk berpindahnya ba¬rang dan begitu juga orang. Per¬kembangan teknologi informasi dan telekomunikasi sangat memudahkan orang dari belahan dunia untuk men¬dapatkan informsi secara cepat dan tepat tentang tempat-tempat yang dapat dikunjunginya (Parikesit dan Trisnadi, 1997).

Di negara maju kegiatan pariwisata sudah menjadi kebutuhan pokok ke tiga setelah pangan dan pa-pan. Semakin meningkat kemak¬muran suatu masyarakat atau bang¬sa, akan mendorong semakin meningkatnya kebutuhan untuk berwisata (Tambunan, 1999). Hal ini me¬rupakan potensi bagi setiap negara untuk membangun perekonomian melalui pengembangan pariwisata.

Pertumbuhan industri pariwisata yang pesat pada abad ke 21 ini akan bergeser ke Asia Fasifik yang merupakan kawasan dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia (Ohasi, 1998). Sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia Fasifik, Indonesia harus mempersiapkan diri menyongsong kondisi tersebut. Secara internal Indonesia memiliki po¬tensi untuk menangkap peluang tersebut (UNDP, 1992).

Apabila dilihat dari aspek produk wisata yang dimiliki, Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang melimpah, rasanya sulit untuk mencari tandingannya (Ibrahim S, 2001). Indonesia diciptakan Allah dengan sempurna sesuai dengan firmanNya dalam Al‘quran : Dan kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gun ung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata (Qaaf : 7). Berdasarkan data, Indonesia me¬miliki rentang jalur pantai 81 .000 km, belum termasuk pantai tepian laut teritorial, yang merupakan negara pemilik pantai terpanjang ke em-pat di dunia (Marzuki, 1995). Potensi wisata pantai tersebut hampir merata di seluruh pelosok tanah air yang sebagian besar belum dimanfaatkan secara optimal (Londo,1995).

Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan sumber-sumber hayati yang beraneka ragam seperti jenis tum¬buh-tumbuhan berbunga, binatang menyusui, binatang reftilia dan am¬phibia, berbagai jenis burung, ikan dan bermacam-macam serangga, dengan tidak kurang dari 49 ekosistem, merupakan satu dari tujuh negara yang termasuk mega biodi¬versity di dunia, dan sebagai urutan ke tiga setelah Bazil dan Zaire (Youti, 2002).

Dilihat dari letak, Indonesia yang berada di khatulistiwa memiliki posisi yang sangat strategis yang berada diantara dua samudra dan diantara dua benua. Posisi ini sangat meng¬untungkan bagi berkembangnya pari¬wisata, sebab dengan posisi seperti ini Indonesia akan menjadi perlintasan transportasi orang yang bepergian dari benua yang satu ke benua yang lainnya.

Apabila dilihat dari sumber daya yang dieksplor, sektor pariwisata me¬miliki keunggulan sebab dalam rang¬ka pemanfaatannya, sebagian sum¬ber daya pariwisata termasuk sum¬berdaya yang dapat diperbaharui. Dengan demikian kontinuitas dalam menghasilkan rupiah lebih terjamin, apalagi apabila dibandingkan dengan migas yang merupakan penghasil devisa terbesar pemanfaatanya tidak dapat diperbaharui. Disamping itu apabila dibanding dengan sektor lain ternyata sektor pariwisata mempu¬nyai kemampuan dalam bertahan dan bahkan tumbuh pada kondisi krisis sekalipun. Hal ini ditunjukkan saat dunia mengalami tiga kali gon¬cangan hebat akibat global oil shock pada tahun 1973, 1979, dan tahun 1990, industri pariwisata dunia tetap bertahan dan bahkan meraih tingkat pertumbuhan 3% (Arif Supriyono, 1995).

Di Indonesia pariwisata mampu bertahan bahkan sanggup mening¬katkan kunjungan wisatawan manca¬negara di saat krisis pada tahun 1997. Krisis ekonomi di Indonesia telah menjatuhkan nilai tukar rupiah ke posisi yang sangat rendah, kon¬disi ini justru sangat menguntungkan bila ditinjau dari sisi wisatawan man¬canegara, sebab dengan nilai dollar yang sama jika berkunjung ke Indo¬nesia akan bisa digunakan untuk menikmati produk wisata yang lebih banyak.

Akan tetapi pada tahun-tahun berikutnya di beberapa wilayah Indo¬nesia terjadi berbagai kerusuhan, sehingga mengganggu perkembangan pariwisata di tanah air. Kondisi ini yang membedakan Indonesia dengan Thailand, dimana walaupun sama-sama mengalami krisis ekonomi, namun di Thailand tidak diikuti terjadinya kerusuhan-kerusuhan, se¬hingga pariwisata Thailand tetap ber¬kembang.

Akibat kerusuhan tersebut, sifat yang sejak dahulu kala menjadi ke¬banggaan bangsa Indonesia yang terkenal dengan keramahan pendu¬duknya, sekarang tidak bisa dibang¬gakan lagi sebab fakta yang ada menunjukkan telah terjadi perubahan dari masyarakat yang ramah tiba-tiba menjadi masyarakat yang anarki, bahkan pembunuh. Kondisi ini diper¬parah dengan sajian-sajian media asing yang hanya menonjolkan sisi negatifnya seperti kebrutalan-kebrutalan yang terjadi di berbagai pelosok tanah air. Kontra promosi ini sangat merugikan kepariwisataan nasional, sebab telah membuat beberapa ne¬gara melarang warganya berkunjung ke Indonesia.

Di saat itu Bali dianggap daerah paling aman di Indonesia, sehingga Bali yang telah lama dikenal dengan sebutan Pulau Dewata yang me¬rupakan oase penuh kedamaian sebagai nirwana tropis yang menarik, tetap dikunjungi para wisatawan dari seluruh dunia. Akan tetapi pada tang gal 12 Oktober 2002 tepat satu tahun satu bulan setelah tragedi menara kembar di Amerika Serikat, tiba-tiba dunia dikejutkan dengan adanya aksi peledakan bom di Bali. Dengan adanya peristiwa tersebut semakin bertambah banyak negara yang melarang warganya berkunjung ke Indonesia. Hal ini semakin mem¬perparah katerpurukan pariwisata nasional.

Walaupun demikian, ternyata pa¬riwisata Indonesia masih mendapat tempat di mata dunia internasional. Hal ini terlihat dalam Pasar Wisata Dunia yang berlangsung di London tanggal 11 â€" 14 Nopember 2002, para whole seler dan tour operator dari berbagai negara di Eropa tetap menjual paket perjalanan wisata Indonesia termasuk Bali. Saat ini, Bali telah mencapai titik kembali sejak upacara Tawur Agung (Pamrisudha Karipubhaya) 15 No¬pember 2002 untuk kembali ke ke¬adaan lebih baik daripada sebelum¬nya. Hal ini terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. (LIN,2003).

Sementara keamanan di Indone¬sia mulai pulih, pariwisata Indonesia terpukul lagi, dimana 95% kunjungan turis asing ke Indonesia batal sebagai dampak dari perang Irak dan virus severe acute respiratory syndrome. Begitu juga sebaliknya ter¬dapat warga negara Indonesia yang membatalkan kunjungan ke luar negeri sebesar 90 %(Bisnis Indo¬nesia,14 April 2003).

Saat ini sebagian lembaga/instansi telah menetapkan lima hari kerja dalam satu minggu. Disamping itu pemerintah mengambil kebijakan yang memungkinkan memindahkan hari libur nasional ke awal/akhir pekan. Kondisi ini akan menambah jumlah waktu luang dari para pekerja. Waktu luang tersebut merupakan syarat bagi seseorang untuk dapat melakukan perjalanan wisata, sebab banyak orang yang memiliki uang yang cukup, akan tetapi waktu luang¬nya sangat terbatas sehingga tidak dapat melakukan perjalanan wisata. Dengan kata lain kondisi ini merupa¬kan peluang bagi pemasar untuk dapat merubah wisatawan potensial menjadi wisatawan aktual.

Jadi paling tidak saat ini pariwi¬sata nasional dapat memanfaatkan kondisi di atas, yaitu dengan mela¬yani wisatawan nusantara yang membatalkan perjalanannya ke luar negeri untuk dapat melakukan perja¬lanan di dalam negeri, dan mereka yang waktu luangnya meningkat agar dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Konferensi Asosiasi Perjalanan Asia-Fasifik (PATA) ke 52 di Bali pa¬da Tanggal 14 â€" 18 April 2003 yang didukung oleh 384 organisasi pariwi¬sata dunia (berasal 42 negara), memberikan makna yang sangat da¬lam terhadap pariwisata nasional. Dengan dukungan peserta yang cu¬kup besar itu maka akan meng¬hilangkan kesan bahwa Indonesia (khususnya Bali) tidak aman. Hal ini tercermin pula dalam sambutan pre¬siden Megawati Soekarnoputri ketika meresmikan kegiatan tersebut yang menyatakan : “Bagi kami kegiatan ini bukan hanya suatu peluang tapi juga memperbaiki kepercayaan diri untuk membangun kembali industri pariwisata di samping memulihkan citra “.

Pengaruh Pembangunan Pariwi¬sata terhadap Perekonomian
Pariwisata merupakan suatu sek¬tor yang mempunyai banyak kaitan dengan sektor-sektor lain, sehingga pengembangan sektor pariwisata akan terus memacu perkembangan sektor lainnya (Kartawan, 2002). Oleh karena itu pembangunan pari¬wisata membawa dampak yang luas terhadap perekonomian di suatu tujuan seperti yang dinyatakan Goeldner cs. (2000): Parawisata adalah usaha ekonomi potensial, dan sebagai pembangkit perekonomian suatu kota, propinsi, kabupaten atau dae¬rah tujuan pengunjung, dari penge¬luaran mereka.

Pariwisata sebagai suatu industri jasa mempunyai banyak keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya, yaitu keterkaitan ke belakang baik dengan sektor industri maupun de¬ngan sektor pertanian. Dengan de¬mikian apabila ada seorang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu tujuan, maka akan berpenga¬ruh terhadap ekonomi di tujuan ter¬sebut dalam tiga tingkat pengaruh, yaitu pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh do¬rongan (Weaver dan Oppermann, 2000).

Pengaruh langsung merupakan pengaruh utama dari kedatangan wi¬satawan di suatu tujuan, yaitu pem¬bayaran (pengeluaran) wisatawan kepada perusahaan pariwisata di garis depan seperti perusahaan angkutan, penginapan, restoran. Dari pembayaran yang diterima perusa¬haan yang berada pada garis depan tadi, sebagian penerimaannya ada yang ditabung, dan ada sebagian dibelanjakan kembali dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan. Bagian yang dibelanjakan inilah yang merupakan pengaruh tidak langsung. Dengan perkataan lain pengaruh tidak langsung merupakan pengaruh yang ditimbulkan akibat pembelian oleh perusahaan yang berada di ga¬rism depan kepada perusahaan pe¬masok dalam perekonomian setempat.

Pengaruh dorongan adalah pengaruh lanjutan dari pengaruh tidak langsung, dimana uang yang dibelanjakan perusahaan di garis depan kepada perusahaan pemasok, oleh perusahaan pemasok akan dibelan¬jakan lagi kepada perusahaan lain, dan seterusnya bergulir kepada peru¬sahaan lainnya. Dalam proses perguliran tersebut, akan timbul sewa bagi faktor produksi tanah, gaji bagi tenaga ahli, upah bagi tenaga buruh, bunga bagi para kreditur/pemilik mo¬dal dan laba bagi para pengusaha, yang merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi tersebut dalam melayani kegiatan pariwisata secara keseluruhan.

Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa pembangunan pariwi¬sata membawa pengaruh yang sa¬ngat luas terhadap perekonomian baik yang bersifat positif, maupun negatif. Pengaruh positif antara lain : memberikan kontribusi terhadap neraca pembayaran, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan pemerintah, pemerataan pen¬dapatan, menimbulkan efek penggandaan (Wahab,1992; Goeldner cs., 2000)

Kontribusi ke Neraca Pembayaran
Pengaruh terhadap neraca pembayaran hanya terjadi dari pariwisata internasional, yaitu manakala terjadi ekspor pariwisata. Ekspor pariwisata merupakan ekspor yang tidak kentara yang berbeda dengan ekspor barang. Dalam ekspor barang aliran barang berlawanan dengan aliran pembayaran, sedangkan dalam ekspor pariwisata aliran wisatawan sama dengan aliran pembayaran.

Ekspor pariwisata akan menyumbang sejumlah uang antara lain dari pengeluaran wisatawan asing, transportasi, pengembalian modal dari investasi pariwisata di luar negeri, pengiriman uang oleh pekerja bidang pariwisata di luar negeri dan sebagainya. Hal ini memberikan kontribusi positif terhadap neraca pembayaran.

Karena industri pariwisata umumnya berorientasi pada penjualan jasa, dimana salah satu sifat dari produksi jasa adalah dihasilkannya melalui padat karya, maka dengan berkembangnya pariwisata akan membuka banyak kesempatan kerja. Akibat langsung terhadap kesempatan kerja ini terutama akan sangat dirasakan oleh negara-negara berkem bang yang umumnya aktivitas ekonominya masih terbatas. Di Indonesia, Bali merupakan daerah yang pariwisata¬nya berkembang cukup pesat sehingga sektor pariwisata mampu memberikan lapangan kerja sepertiga dari seluruh penduduknya yang berjumlah 3,5 juta orang (LIN, 2003).

Pembangunan pariwisata mempunyai pengaruh yang cukup besar tehadap penerimaan pemerintah. Penerimaan ini diperoleh melalui berbagai jenis pajak dan retribusi, baik yang langsung dikenakan kepada wisatawan maupun yang dikenakan kepada pengusaha seperti: pajak orang asing, pajak tontonan, pajak hotel dan restoran, retribusi wisata, retribusi Surat Ijin Usaha Kepariwisataan.

Pariwisata dapat membantu pemerataan pendapatan penduduk dunia. Hal ini dapat terjadi dengan adanya perpindahan uang dari ne¬gara-negara kaya ke negara-negara miskin (Youti, 1996). Dalam pariwisata internasional sebagian besar wisatawan berasal dari negara-negara maju. Kedatangan wisatawan akan mampu mendorong peningkatan pendapatan di daerah pusat-pusat kegiatan pariwisata yang tersebar di seluruh wilayah negara, serta memberikan kesempatan kerja tanpa ha¬rus memindahkan penduduk ke pu¬sat-pusat industri di perkotaan yang seringkali menjadi

Karena aktivitas dalam sektor pariwisata disam ping memiliki akibat langsung, juga mempunyai akibat tidak langsung dan akibat dorongan, maka pengeluaran wisatawan di suatu tujuan akan menciptakan penda¬patan dan output baru di wilayah yang bersangkutan (Cooper, 1993). Oleh karena itu, maka setiap pengeluaran wisatawan akan membawa akibat penggandaan.

Wisatawan mengeluarkan uang¬nya untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan usaha pariwisata di garis depan, yang dinikmati selama melakukan perjalanannya. Dari uang yang diterima perusahaan pariwisata di garis depan tersebut, sebagian akan digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang dihasilkan perekonomian lokal, membayar tena¬ga kerja, keuntungan kepada wirausaha, membayar pajak kepada pemerintah, dan sebagainya (H, L.B., G) serta membeli barang dan jasa yang tidak bisa dihasilkan perekonomian setempat (M).

Uang yang digunakan untuk membeli barang dan jasa yang tidak bisa dihasilkan perekonomian setem¬pat (M) akan keluar dari perekonomian. Sedangkan uang yang tersisa dalam perekonomian (H, L.B., G) sebagian ditabung dan sebagian akan dibelanjakan lagi kepada peru¬sahaan pemasok, baik untuk membeli barang dan jasa yang tidak bisa dihasilkan perekonomian setempat (M), maupun untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan perekono¬mian setempat, membayar tenaga kerja, membayar keuntungan kepada wirausaha, membayar pajak kepada pemerintah dan sebagainya (H, LB, G) .

Uang yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa yang tidak bisa dihasilkan perekonomian setem¬pat (M) akan keluar dari perekono¬mian. Uang yang tersisa dalam per¬ekonomian sebagian akan ditabung dan sebagian lagi akan dibelanjakan lagi. Proses ini akan terus berjalan sehingga menimbulkan akibat peng¬gandaan dalam suatu perekonomian. Hal ini akan meningkatkan penda¬patan para pelaku ekonomi di dae¬rah setempat, yang berarti mening¬katkan daya belinya, dan selanjut¬nya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pendekatan penggandaan ini di¬pergunakan untuk mengukur besar¬nya pengaruh dari pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian di negara tujuan. Berdasarkan fakta yang ada, di Indonesia setiap dolar pengeluaran wisatawan untuk pem¬bayaran berbagai kebutuhannya, akan berpengaruh terhadap nilai uang menjadi 2,5 kali dalam aktivi¬tas ekonomi (Sitongkir, 1997).

Selain berdampak positip, pari¬wisata juga mempunyai dampak ne¬gatip terhadap perekonomian, yaitu pembelanjaan kebocoran (leakages), pegnaruh demonstrasi, biaya penem¬patand an kesempatan (Novienddi, 1997; Weaper and Oppermann., 2000).

Kebocoran dalam suatu pereko¬nomian terjadi apabila dalam penye¬diaan barang dan jasa yang di¬butuhkan wisatawan, tidak bisa di¬hasilkan dalam perekonomian itu sendiri, atau dalam menghasilkannya dipergunakan faktor produksi yang berasal dari luar perekonomian se¬tempat. Jadi kebocoran tersebut da¬pat berupa sejumlah uang yang ke luar dari suatu perekonomian untuk pembelian barang yang tidak dapat dihasilkan oleh perekonomian pro¬duksi yang berasal dari luar.

Perilaku seseorang seringkali di¬pengaruhi oleh apa yang dilihatnya. Begitu juga perilaku masyarakat di suatu tujuan dapat dipengaruhi oleh perilaku wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Dengan demi¬kian pariwisata internasional mempu¬nyai dampak terhadap gaya hidup dan pola pengeluaran masyarakat di suatu tujuan. Hal ini mengakibatkan meningkatnya permintaan barang yang dihasilkan perusahaan asing.

Pengembangan pariwisata di suatu tujuan memerlukan fasilitas yang cukup memadai. Dalam penyediaan fasilitas tersebut kadang¬kala bisa merugikan terhadap fasili¬tas yang telah tersedia sebelumnya. Hal ini terjadi akibat konsumen yang dituju baik oleh fasilitas yang telah ada maupun oleh fasilitas yang baru adalah wisatawan yang sama.

Pembangunan fasilitas-fasilitas kepariwisataan merupakan penggu¬naan faktor produksi pada sektor pariwisata, yang sesungguhnya fak¬tor produksi tersebut dapat diper¬gunakan pada pembangunan sektor lain.

Konsep Pembangunan Pariwisata
Pembangunan pariwisata sering terjadi sebagai pembangunan yang sifatnya merusak, bahkan tidak ja¬rang pembangunan pariwisata yang merusak pariwisata itu sendiri, pa¬dahal Alloh telah memperingatkan kita dalam Alqur‘an : Dan apabila ia berpaling (dari kamu) ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-ta¬naman dan binatang ternak, dan Alah tidak menyukai kebinasaan (Al Baqarah : 205)

Berdasarkan perhitungan Calzoni (1988) bahwa dalam menghasilkan jasa kepariwisataan terdapat sub¬stitusi antara penggunaan sumber daya pariwisata dengan kualitas lingkungan. Semakin banyak sumber daya wisata yang dipergunakan da¬lam menghasilkan pelayanan kepa¬riwisataan, maka kualitas lingkungan semakin menurun.

Hubungan antara penggunaan sumber daya pariwisata dengan kualitas lingkungan ini dapat dilihat pada gambar di bawah.


Gambar 1. Hubungan penggunaan sumberdaya pariwisata dengan kualitas lingkungan (Blasco, 2000)

Sebagai respon terhadap kondisi¬kondisi di atas, maka konferensi World Parawisata Organization (WTO) di Chili tahun 1999 telah menghasilkan etika global parawisata yang bertujuan untuk menjamin sum berdaya alam yang menjadi sumber kehidupan kepariwisataan dan melindungi lingkungan dari dampak buruk kegiatan bisnis kepariwisataan (WTO,2000). Kode etik ini meliputi ketentuan yang mencakup aturan bagi daerah tujuan wisata, pemerintah, penyelenggara tour, pengembang, biro perjalanan, pekerja, dan bagi para wisatawan.
Oleh karena itu dalam pem¬bangunan industri pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip pariwi¬sata yang berkelanjutan yaitu peng¬guanaan sumber daya alam yang berkelanjutan, penurunan konsumsi berlebihan dan sampah, memperta¬hankan keberagaman, integrasi pari¬wisata kedalam perencanaan, eko¬nomi pendukung, pelibatan komu¬nitas lokal, konsultasi pemegang sa¬ham dan masyarakat, pelatihan staf, tanggung jawab pemasaran para¬wisata dan pelaksanaan penelitian (Farsari and Prastacos, 2001).

Memperhatikan hal di atas, maka pembangunan kepariwisataan perlu dikelola secara bijaksana, dengan mempertimbangkan hasil pemba¬ngunan dan dampaknya secara kom¬prehensif. Dalam kondisi seperti ini, maka manajemen pariwisata menjadi sangat sentral peranannya. Pada ke¬sempatan ini penulis mengajukan suatu konsep manajemen pem¬bangunan pariwisata seperti yang ditunjukkan Gambar 2.


Gambar 2. Konsep Pembangunan Pariwisata (dikembangkan dari Rusli Sarip dkk).

Penutup
Pariwisata merupakan sektor yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menggerakan suatu per¬ekonomian melalui akibat langsung, akibat tidak langsung dan akibat dorongan.

Dengan semakin berkembangnya tingkat kesejahteraan masyarakat, dan bertambahnya waktu luang, ma¬ka permintaan pariwisata akan semakin meningkat.

Dengan memperhatikan sumber daya pariwisata yang melimpah dan peluang yang besar, Indonesia harus mampu menjadikan pariwisata se¬bagai unggulan dalam mendulang devisa dan menumbuhkan perekonomian.

Daftar Pustaka
Al-qur‘anul Majid (Tafsir An-Nur), 2000, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang.

Anton Gunarto, 1996. Upaya Menjual Potensi Kepariwisataan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat, Jurnal Ilmu dan Wisata. Edisi Desember, Pusat Penelitian Pari¬wisata Indonesia: Jakarta.

Arif Supriyono, 1995, Mengendalikan Pertumbuhan Pariwisata Na¬sional, 8 Maret, Republika: Jakarta.

Blasco, Elies Furio, 2002, Coastal Parawisata and The Environ¬ment, in Parawisata Today The Journal of The College of Para¬wisata & Hotel Management, Cyprus.

Danang, A. 1996. Peran Surat Kabar dalam Promosi Pariwisata, Jurnal Ekonomi dan Wisata, Edisi Desember, Pusat Penelitian Pariwisata Indonesia: Jakarta.

Farsari, Yianna and Poulicos Prasta¬cosm, 2001, Sustainable Para¬wisata indicators for Medi¬terranean Established Destina¬tions, in Parawisata Today The Journal of The College of Para¬wisata & Hotel Management, Cyprus.

Goeldner, Charles R, J.R. B. Ritchi and Robert W. McIntosh, 2000, Parawisata, Principles, Practi¬ces, Philosophies, Eight Edition, John Willey & Son, New York.

Ibrahim Soepardhie, 2001, Paradigma Baru Pengembangan Pariwisata Berwawasan Bhineka Tunggal Ika, dalam Jurnal Pari¬wisata, STIEPAR YAPARIAKTRIPA, Bandung.

Kartawan, 2000, Dampak Pengem¬bangan Produk Wisata Pantai Terhadap Lama Tinggal Wisa¬tawan, dalam Jurnal Ekonomi & Bisnis, Polban, Bandung.

Kartawan, 2003, Manajemen Pro¬duksi dan Operasi, Bahan Ku¬liah Pascasarjana Universitas Gunadarma, Jakarta.

Kotler, Philip; John Bawen, and Ja¬mes Makens, 1999, Marketing for Hospitality and Parawi¬sata, Second Edition, Prentice-Hall International, New Jersey.

Londo, P.I., 1995, Peluang dan Ken¬dala dalam Pengembangan Wi¬sata Pantai di Indonesia, Bu¬letin Ekonomi, Bapindo, Jakarta.

Noviendi Makalam, 1997, Ekonomi Pariwisata, STPB, Bandung.

Ohasi, Taiji. 1998, Influence and Determinan of Parawisata Development in Indonesia, STPB; Bandung.

Parikesit, Danang dan Wiwied Tris¬nadi, 1997, Kebijakan Pariwi¬sata Indonesia dalam Pemba¬ngunan Jangka Panjang. Uni¬versitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Payne, Andrian, 2000, The Esssence of Service Marketing, Alih bahasa Fandy Ciptono, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Pendit, Nyoman S., 1994, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Pradnya Paramita, Jakarta.

Rusli Sarip, at. al. t.t. Manajemen Produksi. Lembaga Manajemen FE UNPAD; Bandung.

Smith, Russell Arthur. 1994, Planning and Management for Coastal Ecotourism in Indonesia, A Regional Perspektive. Jakarta: CSIS.

Sugiama, Gima. A 2001, Pengembangan Kepuasan Wisata Ber makna, Polban, Bandung.

Tambunan, 1999, Dapatkah Sektor Pariwisata Menyumbangkan Devisa yang Berarti, dalam Ilmu dan Wisata, Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, USAHID, Jakarta.

UNDP, 1992, Parawisata Sector Programming and Policy Deve¬lopment, Jakarta.

Youti, Oka A., 1996, Pemasaran Pa¬riwisata, Penerbit Angkasa, Bandung.

Youti, Oka A., 2002, Proteksi Efektif melestarikan SumberHayati Indonesia Melalui Pengem¬bangan Ekowisata dalam jurnal Pariwisata, STIEPAR YAPARIAKTRIPA, Bandung.

Weaver, David and Martin Oppermann,2000, Parawisata Management, John Willey & Sons Australia, Brisbane.

LIN., 2002. Lembaga Informasi Nasional, lin.go.id & Info-RI.com.

LIN., 2003. Lembaga Informasi Nasional, lin.go.id & Info-RI.com.

WTO, 2000, World Parawisata Organization, www.worldd.tourism.org
__________
Kartawan, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi

Sumber :ejournal.gunadarma.ac.id
Tinggalkan komentar anda tentang Menumbuhkan Perekonomian Melalui Pembangunan Pariwisata.

Batik Banten: Kain yang Bisa Bercerita


Informasi terbaru Batik Banten: Kain yang Bisa Bercerita
Dunia internasional menjulukinya ”The cloth style stories”, atau kain yang bisa bercerita.

Julukan yang unik, juga amat menggoda. Tapi, alasannya jelas: di setiap warna dan motif Batik Banten, selalu bercerita tentang sejarah Banten, utamanya pada masa kejayaan Sultan Maulana Hassanudin.

Itulah ciri khas Batik Banten yang tak ada pada batik mana pun. Sampai-sampai ada yang berani mengungkap: kalau ingin mempelajari sejarah Banten, kenali saja batiknya.



Budidaya Sang Gubernur
Dibanding ”rekan-rekannya”, asal-usul batik Banten lebih banyak terlacak. Bahkan, melalui Surat Keputusan Gubernur Banten, pada Oktober 2003, tentang pembentukan panitia peneliti batik Banten, pembudidayaan batik langka ini terus dilakukan.

Dan, bicara mengenai Batik Banten, sulit melepaskan diri dari sosok Uke Kurniawan, mantan pejabat Dinas Pekerjaan Umum yang kini memfokuskan diri pada pengembangan batik serta ragam hias tradisional Banten.

Uke bercerita. Tahun 2002, ia bersama Hasan M Ambary, arkeolog yang banyak meneliti dan menulis tentang Banten, melakukan penelitian di situs Banten Lama. Dari situ, mereka menemukan sekitar 75 ragam hias artefak langka.

Agar bisa segera memasyarakatkan ragam hias artefak tersebut, mereka memilih media yang paling akrab dan paling mudah dipahami: batik. Maka, “lahirlah” Batik Banten, dengan tampilan warna yang sangat meriah; gabungan dari warna-warna pastel yang berkesan ceria namun lembut. Transformasi tersebut juga merupakan upaya-upaya menghidupkan kembali seni hias Banten yang telah hilang sejak abad ke-17.

Pembuatan Batik Banten pada dasarnya hampir sama dengan pembuatan batik tulis dan batik cetak lainnya; yang kemudian beralih ke proses pencetakan, pewarnaan, penghilangan warna dan lilin, hingga pengeringan.

Namun, warna Batik Banten sulit ditiru pembatik daerah lain, kecuali dengan memakai air Banten yang dipercaya mempunyai karakter khusus dalam menguatkan warna. Percaya atau tidak, tapi ke khasan inilah yang membuat Batik Banten sering dijadikan oleh-oleh para pendatang yang berkunjung ke Banten, dan bahkan diminati para eksportir dari negara asing, terutama Jerman dan Perancis.



Karakter & Ekspresi Banten
Paduan warna Batik Banten dipengaruhi oleh air dan tanah; yang dalam proses pencelupannya mereduksi warna-warna terang menjadi warna pastel akibat kandungan yang ada di dalamnya. Warna-warna tersebut, konon, cocok betul menggambarkan karakter orang Banten yang memiliki semangat dan cita-cita tinggi, ekspresif, tapi tetap rendah hati.

Masing-masing motif batik kemudian diberi nama-nama khusus, yang diambil dari nama tempat, ruangan, maupun bangunan dari situs Banten Lama, serta nama gelar di masa Kesultanan Banten. Dan, sampai sekarang, sudah lebih dari 50 ragam hias yang dituangkan dalam bentuk kain batik, bahkan 12 diantaranya telah dipatenkan sejak tahun 2003.

Motif yang mengambil nama tempat, diantaranya, Pamaranggen (tempat tinggal pembuat keris), Pancaniti (bangsal tempat Raja menyaksikan prajurit berlatih), Pasepen (tempat Raja bermeditasi), Pajantren (tempat tinggal para penenun), Pasulaman (tempat tinggal pengrajin sulaman), Datulaya (tempat tinggal pangeran), Srimanganti (tempat Raja bertatap muka dengan rakyat), dan Surosowan (Ibukota Kesultanan Banten).

Sementara motif dari nama gelar, antara lain, Sabakingking (gelar dari Sultan Maulana Hasanudin), Kawangsan (berhubungan dengan Pangeran Wangsa), Kapurban (berhubungan dengan gelar Pangeran Purba), serta Mandalikan (berhubungan dengan Pangeran Mandalika).

Namun, yang menjadi ciri khas utama Batik Banten adalah motif Datulaya, yang namanya diambil dari tempat tinggal pangeran. “Datu itu artinya pangeran, laya tempat tinggal," jelas Uke.

Motif Datulaya memiliki dasar belah ketupat berbentuk bunga dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun. Warna yang digunakan adalah motif dasar biru, dengan variasi motif pada figura sulur-sulur daun abu-abu di dasar kain kuning.




Batik Nusantara
Penggunaan Batik Banten kini kian memasyarakat. Beberapa sekolah di kota Serang sudah memakainya untuk seragam. Bahkan, dalam pelaksanaan MTQ Nasional lalu, Batik Banten juga dikenakan oleh seluruh delegasi, dan dipakai menghias panggung MTQ beserta bangunan Masjid Agung.

Dibuat sepenuhnya dengan tangan dan dikerjakan secara teliti, Batik Banten menandakan semangat kebantenan yang tidak pernah luntur untuk terus dikumandangkan hingga ke mancanegara. Siapa pun yang memakainya akan merasakan kebesaran Banten masa lalu.

Sejak ditetapkan menjadi satu-satunya batik nusantara yang benar-benar memiliki karakter unik, Batik Banten merupakan batik paten pertama yang setiap motifnya menandakan garis-garis semangat kebantenan. Bahkan, di mancanegara, batik ini tampil sebagai juara dari 52 negara peserta pameran di Malaysia tahun 2005.

Harga Batik Banten saat ini berkisar Rp 75.000 hingga jutaan rupiah. Sebagian besar diantaranya diekspor ke Malaysia, Finlandia, serta Korea.

Namun, tantangan ke depan bagi produsen Batuk Banten adalah memproduksi bahan baku sendiri. Sampai kini bahan baku Batik Banten masih diambil dari Solo dan Pekalongan.

Sumber : http://www.tnol.co.id
Tinggalkan komentar anda tentang Batik Banten: Kain yang Bisa Bercerita

Buah yang Dapat Menyegarkan Otak Kita


Informasi terbaru Buah yang Dapat Menyegarkan Otak Kita
Selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan cepat bila dibutuhkan. Termasuk ketika otak mengalami keletihan.

Makanan ringan dari pisang sangat populer bagi masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang cukup populer antara lain kripik asal Lampung, sale (Bandung), molen (Bogor), dan epe (Makassar).

Ada laporan yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Asia Tenggara, Brasil, dan India. Di Asia Tenggara, pisang diyakini berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Pisang telah lama berkembang di India, yaitu sejak 500 tahun sebelum Masehi dan menyebar sampai ke daerah Pasifik.

Pisang berkembang subur pada daerah tropis yang lembab, terutama di dataran rendah. Karena itu, di daerah hujan turun merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Tidak heran, Indonesia, Kepulauan Pasifik, dan Brasil terkenal sebagai negara pengekspor pisang.

Namun, Indonesia tidak termasuk dalam 15 negara terbesar di dunia yang mengonsumsi pisang. Masyarakat di negara-negara Afrika dan Amerika Latin dikenal sangat tinggi mengonsumsi pisang setiap tahunnya.

Berdasarkan cara konsumsi, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, contohnya pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.

Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.

Energi Instan
Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi daripada apel. Apel dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori.

Karbohidrat pisang menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu, banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan energi.

Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh.

Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda-tanda otak kekurangan energi, sehingga aktivitas secara biologis juga menurun.

Untuk melakukan aktivitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa tersebut terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya.

Glukosa darah terutama didapat dari asupan makanan sumber karbohidrat. Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas biologis.

Namun, kandungan protein dan lemak pisang ternyata kurang bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13 persen. Meski demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0,3 persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak.

Kaya Mineral
Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi. Bila dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi, hampir seluruhnya (100 persen) dapat diserap tubuh.

Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang mencapai 2 miligram per 100 gram dan seng 0,8 mg. Bandingkan dengan apel, yang hanya mengandung 0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram.

Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu betakaroten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel hanya 15 mg. Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoxin).

Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintetis dan metabolisme protein, khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.

Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari.

Sumber : http://www.indomp3z.us
Tinggalkan komentar anda tentang Buah yang Dapat Menyegarkan Otak Kita

The federal grant is not a free lunch

The federal government does not include grants to individuals to ease their debts. And the people who receive federal grants to standards of accountability daunting. The federal grant is by no means "free money" or a "free lunch". But a federal subsidy may make good on an organization or community.

Meanwhile, the federal government sponsor a series of benefit programs for low-income families.

If you need a free lunch, the federal government can not help but give you give. The federal government will provide their children with free or reduced price lunch at school, but you will not get a grant for it. The federal government will provide food stamps, you what you need for your free lunch, but the feds did not give a grant for it. Despite much publicity and strong striking, President Obama, really want to pay your Diners Club or follow their dreams funding for cold fusion. It is, however, want to raise families in poverty and foster the development of new business. Advertisers do not have blatantly lied, but they avoid the details.

Federal grants to people

If you want to start a business in government spending, the Small Business Information Administration extends a grant for planning and "capacity building", but the money from SBA loans to businesses themselves. If you want to go to school, and government costs, receive help for 30% of their costs, and if you have qualifications and experience amazing out of work, you may be eligible for one of government public services or special research grants. If not, the federal government will pay for your schools with Stafford Loans. If you are a teacher and an innovative idea for the system, or reducing the dropout rate, the federal government is happy to send a donation ... provided that their school district and community partners will match the contributions from the Government.

The government awards thousands of scholarships every year, but none of them with "free money", and trained grantsmen federal witness, "often works more difficult to manage the grant which is working to manage their projects. "

Some research for you. The experts give the government can help you get the award you deserve to help you get out of debt quickly. You can find out if you qualify for a government subsidy for free!

Pergeseran Nilai Seni Tradisional Muli Mekhanai di Lampung Barat


Informasi terbaru Pergeseran Nilai Seni Tradisional Muli Mekhanai di Lampung Barat
Oleh : Artha Dinata AR
Masyarakat adat Lampung Barat merupakan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai nilai adat budaya dan tradisi, Adat budayanya pun sangat khas. Sampai saat ini masih dapat kita jumpai Upacara â€" upaca Adat seperti Upacara Adat dalam menyambut Tamu Agung, Pengangkatan Raja, Nyambai Agung dan Pernikahan.

Diantara bebeberapa Upacara Adat tersebut, yang paling sering kita jumpai adalah Upacara Adat Pernikahan. Dalam hal ini Muda mudi yang dalam bahasa lampung disebut Muli Mekhanai mempunyai peranan sebagai pendukung dan penyemarak kegiatan Upacara Pernikahan tersebut. Terdapat beberapa Tradisi Muli Mekhanai dalam menyemarakkan

Upacara adat Pernikahan ini salah satunya adalah Tari Selendang/Lempar Selendang, yaitu sebuah tarian menggunakan kain selendang oleh Muli Mekhanai yang diringi oleh musik tradisional Gong dan Rebana. Secara bergantian Muli Mekhanai mencari pasangan hingga terbentuk dua pasangan lalu barulah tarian dimulai, proses pergantian antar Muli Mekhanai satu dengan yang lainnya adalah saat dihentikannya alunan musik ditengah pasangan Muli Mekhanai yang sedang menari lalu mereka masing-masing memilih dan memberikan selendang untuk penari selanjutnya secara berpasangan dan demikian seterusnya.

Namun kini seiring tradisi tersebut berubah dan mengalami pergeseran nilaiTari yang cukup mengkhawatirkan. Tari Selendang yang awalnya adalah tarian selendang yang diikuti alunan musik tradisonal, kini berganti menjadi tak ubahnya sebuah Pesta Dugem, alunan musik tradisonal Gong dan Rebana digantikan menjadi alunan yang mereka sebut dengan House Music dari VCD Player dengan speaker yang disetel sekencang-kencangnya, tarinya pun yang awalnya syarat akan nilai seni tradisional mau tidak mau harus mengikuti alunan House Music tadi, yang masih tersisa hanyalah kain selendang yang fungsinya memang masih sama dengan fungsi awal.

Ironis dan menghawatirkan memang jika melihat fenomena seperti ini terjadi ditengah-tengah masyarakat lampung barat yang masih memegang teguh nilai nilai keluhuran adat budaya.

Globalisasi Dalam Kesenian Tradisional globalisasi
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa globalisasi merupakan salah satu unsur kuat dan mendasar terhadap terjadinya perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya dan tentunya dalam hal ini kesenian tradisional sebagai salah satu subsistemnya.

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu.

Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Kalau dahulu di Lampung Barat misalnya hanya ada alat musik gong dan rebana dan belum ada VCD Player maka sekarang sudah ada VCD Player yang lebih canggih, sehingga alat-alat musik tradisional tadi ditinggalkan dan digantikan dengan alat musik yang lebih canggih dan lebih mudah digunakan, Kondisi yang demikian mau tidak mau berpengaruh terhadap kesenian tradisonal kita, Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya.

Sebenarnya perubahan dan pergeseran nilai suatu kebudayaan adalah lumrah adanya, asalkan tidak bergeser terlalu jauh dari sifat dan nilai-nilai aslinya, karena pada dasarnya pun kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, dan karya manusia adalah bergerak secara dinamis. Namun yang terjadi justru berbeda, hampir tidak bisa kita dapati dimana letak nilai-nilai keluhuran budaya pada sebuah pesta Dugem House Music ini.

Lalu bagaimana seharusnya kita menyikapi kesenian tradisional yang merupakan cerminan nilai-nilai masyarakat ini, apakah tetap bersikap konservatif dengan lebih menekankan pada nilai originalitasnya (keaslian) atau lebih global dan memahami dan menerima bahwa kebudayaan memang bergerak terus menerus dan mengalami perubahan seiring berkembangnya zaman terlebih dengan kian derasnya arus globalisasi saat ini. Tentunya cara memandang kesenian tradisional tersebut setiap orang berbeda-beda adanya.

Namun Hendaknya fenomena ini bisa kita jadikan pelajaran dan acuan kita kedepan mengingat tantangan globalisasi dimasa mendatang akan semakin berat bahkan menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Dan bukan tidak mungkin dimasa mendatang keberadaan dan eksistensi kesenian tradisional dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya modern.

Tantangan globalisasi ini sejalan dengan apa yang ungkapkan oleh sosiologglobalization_1 asal Kenya Simon Kemoni, mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kemoni, dalam proses ini, negara-negara Dunia Ketiga harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa Dunia Ketiga haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka.

Dan patut pula kita renungkan pokok-pokok pikiran yang di kemukakan oleh Naisbitt (1988), yaitu semakin kita menjadi universal, maka tindakan kita semakin menjadi kesukuan atau lebih berorientasi ‘kesukuan’ dan berpikir secara lokal, namun bertindak global. Yang dimaksudkan Naisbitt disini adalah bahwa kita harus berkonsentrasi kepada hal-hal yang bersifat etnis, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional. Dengan demikian, berpikir lokal, bertindak global, seperti yang dikemukakan Naisbitt di atas, dapat diletakkan dan diposisikan pada masalah-masalah kesenian di Indonesia sebagai kekuatan yang penting dalam era globalisasi ini.

Sumber : http://arthaliwa.wordpress.com
Tinggalkan komentar anda tentang Pergeseran Nilai Seni Tradisional Muli Mekhanai di Lampung Barat

Permainan Tradisional


Informasi terbaru Permainan Tradisional
Mengenang permainan anak yang biasa dimainkan saat masih kecil merupakan kenangan indah yang lucu. Beberapa permainan yang mungkin Anda mainkan saat masih kecil misalnya congklak, gasing, bekel, petak umpet, petak jongkok, gobak sodor, petak benteng, dan masih banyak permainan menarik lainnya. Mari kita telusuri satu per satu permainan tradisional yang mungkin kita mainkan saat kanak-kanak.

Rata PenuhCongklak
Permainan congklak menggunakan papan permainan yang memiliki 14 lubang dan 2 lubang induk yang ukurannya lebih besar. Dimainkan oleh 2 orang. Satu lubang induk terletak pada ujung papan dan lubang induk lainnya terletak di ujung lainnya. Di antara kedua lubang induk terdapat 2 baris yang tiap barisnya berisi 7 lubang yang jumlahnya 14 lubang.

Cara bermain:
Tiap lubang kecil diisi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari kerang atau plastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong. Setelah menentukan siapa yang akan mulai lebih dulu, maka permainan dimulai dengan memilih salah satu lubang dan menyebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya searah jarum jam. Masing-masing lubang diisi dengan 1 biji. Bila biji terakhir jatuh di lubang yang ada biji-bijian lain maka biji yang ada di lubang tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Jangan lupa untuk mengisikan biji ke lubang induk kita setiap melewatinya. Sedangkan lubang induk lawan tidak perlu diisi.

Bila biji terakhir ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita bisa memilih lubang lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata saat biji terakhir diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti giliran untuk lawan kita. Bila lubang tempat biji terakhir itu ada di salah satu dari 7 lubang yang ada di baris kita, maka biji yang ada di seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang ada di lubang kosong akan menjadi milik kita dan akan masuk dalam lubang induk kita.

Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi dengan mengisi 7 lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari biji yang ada di lubang induk kita. Dimulai dari lubang yang terdekat dengan lubang induk, bila tidak mencukupi maka lubang lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh diisi.

Gasing
Gasing menggunakan mainan yang terbuat dari kayu berbentuk kerucut dan tali.

Cara bermain:
Memainkannya adalah dengan memutarnya, dengan cara melilitkan tali pada ujung kerucut, kemudian dilemparkan ke bawah sampai tali tertarik dan gasing berputar. Lemparan juga boleh diarahkan ke gasing lain agar terjatuh. Dibuat lingkaran untuk arena melemparkan gasing. Gasing yang berputar tidak boleh keluar dari lingkaran tersebut. Gasing yang berputar paling lama adalah pemenangnya.

Bekel
Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan.

Cara bermain:
Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan dimulai dengan melemparkan bola keatas dan menghamparkan biji. Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali.

Kemudian, pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai sejumlah biji yang dimainkan. Setalah mengambil biji secara langsung selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk tertentu sebelum diambil. Urutan posisinya adalah pit (bentuk seperti kursi), ro (kebalikan posisi pit), cin (singkatan licin yaitu posisi miring tanpa ada bintik di permukaan biji) dan peng (singkatan bopeng yaitu posisi miring dengan ada bintik di permukaan biji). Biji yang dipergunakan umumnya berjumlah 6 sampai 10 biji.

Pemain akan kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil. Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.


Petak Umpet
Petak umpet dimainkan oleh banyak anak.

Cara bermain:
Satu orang pemain yang kalah akan menutup matanya pada salah satu tempat yang dianggap sebagai benteng, sementara yang lain mencari tempat untuk bersembunyi. Setelah menghitung sampai jumlah tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari tiap orang yang bersembunyi.

Bila telah menemukan orang yang bersembunyi, pencari ini harus cepat-cepat berlari ke benteng sambil menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Begitu juga dengan anak yang ketahuan, karena bila berhasil lebih dulu menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga. Anak lain yang bersembunyi dapat pula menyentuh benteng agar tidak jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak ketahuan dengan pencari.

Setelah semua telah ketahuan persembunyiannya, maka pencari akan menutup matanya kembali pada benteng dan anak-anak lain membentuk barisan di belakangnya. Pencari akan menyebut salah satu nomor. Anak yang ada di urutan nomor yang disebut akan menjadi pihak yang kalah bila tadi dia tidak berhasil lebih dulu mencapai benteng. Sedangkan bila anak pada urutan yang disebut ternyata adalah anak yang berhasil mencapai benteng lebih dulu pada saat ketahuan tempat persembunyiannya, maka si pencari tetap dalam posisi kalah dan permainan dilanjutkan.

Petak Jongkok
Petak jongkok dimainkan oleh banyak anak dan tidak memerlukan alat bantu.

Cara bermain:
Tentukan satu orang yang akan mengejar. Untuk menghindari pengejar, setiap anak boleh jongkok. Bila jongkok berarti dia tidak dapat disentuh oleh pengejar. Anak yang berdiri dapat membangunkan anak yang jongkok. Tetapi, anak yang terakhir jongkok berarti akan menjadi pengejar menggantikan pengejar yang lama. Begitu juga dengan anak yang tidak jongkok namun berhasil disentuh oleh pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya.


Galah Asin atau Gobak Sodor
Permainan galah asin atau gobak sodor (kadang disebut galasin) ini biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi panjang dan diberi garis di dalamnya.

Cara bermain:
Anak-anak dibagi menjadi 2 tim. Setelah menentukan tim mana yang jaga, permainan dapat dimulai. Anggota tim jaga harus menjaga di masing-masing garis yang telah ditentukan dan boleh bergerak sepanjang garis tersebut untuk menyentuh anggota tim lawan. Tim yang tidak berjaga berdiri di garis yang paling depan dan berusaha menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh tim yang jaga.

Setelah berhasil menerobos garis paling akhir, mereka harus berusaha kembali ke tempat pertama mereka mulai. Bila berhasil, mereka akan mendapatkan satu nilai. Sedangkan bila ada anggota tim yang tersentuh berarti giliran berganti. Tim yang tersentuh akan bertugas untuk menjaga. Tim yang menang adalah yang mengumpulkan nilai paling banyak.

Petak Benteng
Permainan berkelompok yang terbagi menjadi 2 tim.

Cara bermain:
Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon, tiang, atau tembok. Mereka berusaha menawan anggota tim lawan agar dapat merebut benteng lawan. Permainan dimulai dengan salah satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar tersebut begitu pula dengan tim lawan. Untuk menghindari disentuh, mereka dapat kembali ke benteng masing-masing.

Siapa yang tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat berusaha menyelamatkan teman-teman yang tertawan dengan mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. Harus ada anggota tim yang menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga, maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim tersebut menjadi pemenangnya.

Taplak
Dapat digunakan kapur untuk menggambar arena yang akan digunakan untuk bermain. Arena berbentuk kotak-kotak, ada satu kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus.

Cara bermain:
Tiap anak mengambil batu kecil dan berusaha melemparkan ke arena, mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak akan berjinjit masuk ke dalam kotak-kotak tersebut. Setalah berhasil sampai ujung, anak akan berusaha kembali ke tempat asal, sampil memungut batu miliknya pada kotak sebelum kotak yang terdapat batu miliknya. Giliran akan berganti bila saat anak berjinjit, dia menyentuh garis atau salah melemparkan batu.

Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung, dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak mendapatkan bintang adalah pemenangnya.

Permainan Tradisional Bermanfaat untuk Anak
Permainan-permainan tradisional memiliki nilai positif, misalnya anak menjadi banyak bergerak sehingga terhindar dari masalah obesitas anak. Sosialisasi mereka dengan orang lain akan semakin baik karena dalam permainan dimainkan oleh minimal 2 anak. Selain itu, dalam permainan berkelompok mereka juga harus menentukan strategi, berkomunikasi dan bekerja sama dengan anggota tim.

Kendalanya adalah terbatasnya lapangan di kota-kota besar, sementara banyak permainan yang memerlukan arena yang luas. Kendala besar lainnya adalah karena larangan dari orang tua. Mereka takut anak-anak mereka terluka, kotor atau kulit anak menjadi terbakar karena bermain di lapangan terbuka. Hasilnya, banyak orang tua yang memberikan mainan elektronik yang disukai anak. Padahal permainan ini cenderung membuat anak sulit bersosialisasi sehingga anak menjadi pemalu, penyendiri dan individualistis. Juga makin banyak anak menjadi obesitas karena kurang bergerak.

Memberi kebebasan secara seimbang untuk anak bermain bersama teman-temannya dapat memberikan nilai positif. Bermain dapat menjadi sarana belajar dan mengembangkan nilai EQ pada anak. Tetapi, tentu saja harus dalam pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas agar tidak semua waktu digunakan untuk bermain.

Jika Anda belum pernah mengenal permainan tradisional tersebut, coba tanyakan kepada orang tua Anda berbagai jenis permainan yang seru dan bernilai positif tersebut. Jika Anda sering bermain permainan tersebut di masa kecil, ajarkan permainan yang mungkin belum diketahui anak sembari Anda bernostalgia saat memainkan permainan tersebut saat masih kecil. Sesekali Anda juga dapat ikut bermain sehingga hubungan Anda dan anak akan semakin dekat.

Sumber : http://kumpulan.info
Foto : http://4.bp.blogspot.com
Tinggalkan komentar anda tentang Permainan Tradisional